perlahan pelan datang dan menghilang..
percepat segala kenyataan..
langit mulai menghitam..
seperti kepulan asap pabrik..
angin datang dari mana...
merambat cepat menusuk kulit..
dan masih terdiam melihat segala makna..
mengurai satu persatu jejak kaki yang tertinggal..
menyimpan semua tabir yang sebentar laki tersingkap..
pertemuan,canda tawa, tangis kesedihan melengkapi itu semua..
aku menjadi alang-alang mengikuti kesombongan angin...
dan pasir yang semakin dingin kutapaki...
keringat keringat dan keringat bercampur air mata..
dan biarkan tubuh ini tercabik deburan ombak...
agar tak merasakan lagi kerinduan kepada mereka yang meninggalkan..
raut muka yang pasi menertawakan laangit biru..
terpuji engkau dzat yang maha adil....
percepat segala kenyataan..
langit mulai menghitam..
seperti kepulan asap pabrik..
angin datang dari mana...
merambat cepat menusuk kulit..
dan masih terdiam melihat segala makna..
mengurai satu persatu jejak kaki yang tertinggal..
menyimpan semua tabir yang sebentar laki tersingkap..
pertemuan,canda tawa, tangis kesedihan melengkapi itu semua..
aku menjadi alang-alang mengikuti kesombongan angin...
dan pasir yang semakin dingin kutapaki...
keringat keringat dan keringat bercampur air mata..
dan biarkan tubuh ini tercabik deburan ombak...
agar tak merasakan lagi kerinduan kepada mereka yang meninggalkan..
raut muka yang pasi menertawakan laangit biru..
terpuji engkau dzat yang maha adil....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar